11, 2

Ini rumahku, ah iya kamu mengetuk pintunya. Pintu depan sudah terkunci, Tuan. Kau masih belum menyerah juga, mencoba mencari celah pada jendela yang telah lengang itu. Aku melihatmu mondar-mandir sampai sesaat kemudian aku menangis lagi. Aku tak sanggup membuka pintu itu lagi. Kau tampak menyerah dan pulang, padahal sejujurnya aku menyembunyikan pintu belakang.

Aku lelah, aku yang kau kenal perempuan yang sangat aktif, pintar, dan baik itu telah Tuan.

Ada banyak sekali ketakuttan-ketakutan yang menjelma menjadi mimpi buruk. Ah ya sudah tak apa sudah biasa, aku bisa mengatasinya.

Komentar

Postingan Populer