Jangan Beri Harap
Hellaws, sudah dua bulan tak menulis di platform ini.
Aku bertanya-tanya, siapa ya yang akan membaca tulisanku di platform yang sedikit sekali orang mengenakannya.
Pagi ini memberi judul tulisan dengan hati yang berad, cielah.
Untuk orang-orang tulus seperti aku, bhaks.
Aku lebih memilih merahasiakan eksistensiku, merahasiakan separuh duniaku agar tidak diketahui oleh orang-orang.
Jangan beri aku harapan jika kamu terus menginginkan kita berjalan beriringan
Ini aku, seorang perempuan yang sebenarnya ingin tetap menunggumu sampai akhirnya takdir yang berbicara dan memberi kabar.
Ini aku, perempuan yang akan sulit kau dekati dan kau dapatkan, ahahaha!
Aku ingin merampungkan membaca e-book tapi lebih sering mengecheck notifikasi di layar ponsel, lagi-lagi hanya pesan grup.
Aku ingin sedikit menenangkan pikiran dan memutuskan untuk sekadar jalan-jalan di sawah lalu melakukan meditasi, sebenarnya lebih mirip tutorial mengembalikan kewarasan ahaha!
Tak berselang lama, aku tiba-tiba mendapat ilham yang baik dan pemikiran yang lebih jernih dari sebelumnya. Ternyata sesederhana ini ya menemukan ketenangan dengan kuncinya tetap melahirkan bahagia serta mengusahakan bahagia atas diri sendiri.
Di bawah keindahan senja aku berpuisi dalam benak kemudian tersenyum
Senyum yang paling ikhlas sampai-sampai aku merasa bahwa luka yang selama ini terpendam begitu dalam seketika hanyut terbawa udara sore kala itu
Heii, jangan beri aku harap
Ini aku, seorang perempuan sangat takut kehilangan
Tolong, pahami aku
Jika kau tak benar-benar serius, ikut aku
Akan aku tunjukkan harus kemana kamu meninggalkan jejak
Aku tak mau lagi tersesat dalam muara ketidakpastian
Heii, siapa kamu
Berani-beraninya mengetuk pintu hatiku
Tanggungg jawab jika aku sudah tak lagi menaruh ragu
Atas perasaan yang kian bersemi tanpa terburu-buru
Komentar
Posting Komentar